Agustus 09, 2016

>> Obyek Wisata Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabrik Esslingen, serta B 5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG, sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar di halaman museum.

Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.

Stasiun ini awalnya menjadi titik pertemuan antara lebar sepur 1,435 mm (4 ft 8 1⁄2 in)ke arah Kedungjati dengan 1,067 mm (3 ft 6 in) ke arah Yogyakarta melalui Magelang. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran lebar sepur yang berbeda.

Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap yang kemudian berada pada masa pemanfaatan kembali ketika jalur rel 1.435 mm milik Perusahaan Negara Kereta Api ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat pada kompleks stasiun.

Museum KA ini mengoleksi 21 lokomotif uap. Saat ini terdapat 3 lokomotif yang dapat dioperasikan. Koleksi yang lain dari museum adalah telepon antik, peralatan telegraf Morse, bel antik, dan beberapa perabotan antik.

Beberapa lokomotif uap adalah 2 unit kelas B 25 (Esslingen 0-4-2RT) yaitu B 2502 dan B 2503 (2 dari 3 unit lokomotif yang tersisa; lokomotif ketiga, B 2501 dimonumenkan di Monumen Palagan Ambarawa). Dahulu, terdapat loko uap kelas E 10 (Esslingen 0-10-0RT), bernomor E 1060 yang semula dikirimkan ke Sumatera Barat pada tahun 1960 untuk menarik kereta api batubara, tetapi kemudian dibawa ke Jawa, dan sebuah lokomotif konvensional 2-6-0T C 1218 yang dihidupkan kembali pada tahun 2006 setelah lama disimpan di Cepu, kemudian direlokasi ke Ambarawa tahun 2002.

Namun, lokomotif E 1060 dipulangkan kembali ke Sawahlunto sedangkan lokomotif C1218 dibawa ke Surakarta dijadikan kereta wisata Jaladara. Baru-baru ini museum mendapat tambahan lokomotif diesel hidrolik D 30023 yang berasal dari dipo lokomotif Cepu yang dipindah ke dipo lokomotif Ambarawa pada 6 Oktober 2010. Lokomotif uap B 5112 yang buatan pabrik Hanomag, telah berhasil dihidupkan kembali setelah 30 tahun mati.

Museum Ambarawa juga mempunyai beberapa koleksi baru seperti kereta kayu CR dari Madura, kereta kayu dari Kebonpolo, Magelang, NR kayu dari Balai Yasa Yogyakarta, gerbong GR dari Balai Yasa Manggarai, serta lokomotif diesel CC 20015 dan lokomotif DD 5512, yang dahulu berbasis di Stasiun Cirebon dan Stasiun Jatibarang.

Wisata yang dapat kita nikmati di Museum KA Ambarawa antara lain:

1. Wisata sejarahnya tentunya

2. Bangunan Stasiun Arsitektur Belanda yang masih terawat

3. Benda-benda bersejarah yang terpajang di ruang pameran dan sudut – sudut stasiun

4. Belasan Lokomotif yang terpampang di depan stasiun

5. Wisata kereta Lori seharga Rp 10.000,-/orang dengan kapasitas minimal 20 orang melalui rute dari Stasiun Willem I ke Stasiun lama di Tuntang, pemandangannya sangat indah dari pedesaan, perbukitan, sawah – sawah , Rawa Pening, dan pemandangan pegunungan yang baguss banget.

6. Wisata kereta ketel uap dengan tujuan Stasiun Willem II di daerah Jambu dengan biaya Rp 3.500.000,- sekali jalan dengan kapasitas maksimal 40 orang. Pemandangan yang ditawarkan tak cukup kalah menariknya dengan kereta lori dan yang paling menarik ketika kereta mendaki bukit dengan menggunakan roda bergerigi. Namun sayangnya fasilitas ini beroperasi ketika ada kunjungan turis dari luar negeri atau sedang musim liburan saja.

7. Pusat jajan dan cinderamata di samping stasiun.


Akses Menuju Museum Kereta Api Ambarawa
Letaknya yang mudah terjangkau, menjadikan Museum Kereta Api Ambarawa menjadi obyek wisata andalan kota tersebut. Apabila petualang dari arah Semarang, akses jalan yang harus dilewati hanya menuju selatan ke arah Ungaran lalu setelah sampai pertigaan Bawen silakan menuju ke arah Jogjakarta (belok kanan) menuju tugu Palagan Ambarawa. Apabila dari Jogjakarta, petualang hanya perlu berjalan lurus menuju arah Semarang dan langsung ke pertigaan tugu Palagan Ambarawa. Setelah sampai di tugu Palagan Ambarawa, petualang langsung saja belok kiri (arah Semarang) atau kanan (arah Jogja), nah sekitar 100 meter lagi sudah sampai di museum Kereta Api Ambarawa.

Untuk Jalur dari arah Solo petualang dapat melewati jalur alternatif langsung menuju belakang Museum Kereta Api Ambarawa. Petualang dapat melewati jalur Blotongan – Banyubiru – Ambarawa dengan pemandangan pegunungan Telomoyo yang sangat indah disebelah kanan juga luasnya Rawa Pening (petualangan selanjutnya) yang eksotis di sisi kiri. Apabila menghendaki jalur lain, petualang bisa melewati Jalur Salatiga – Tuntang (Jembatan belok kiri) – Ambarawa. Dengan pemandangan kebun kopi di sisi kanan dan hanyutan air di Rawa Pening di sebelah kiri.

Jam buka:
Senin – Minggu, pk 08:00 – 16:00 WIB

Harga tiket:
• Tiket masuk: Rp. 5.000
• Tiket lori: Rp. 10.000, Rp. 15.000 (hari libur)
• Tarif Kereta Api Uap: Rp 5.250.000 (pp) kapasitas 80 penumpang

Museum Kereta Api Ambarawa.
Alamat: Jalan Setasiun No 1, Ambarawa Kab Semarang.
Nomor Telepon (0298) 591035